Laman

Senin, 04 Juni 2012

Renungan!! Salah Pengertian mengakibatkan kehancuran Cinta

Tadi malem uung abis berantem, bukan berantem sih tapi bete-betean gitu. terus pas ncan off karena kesel. uung iseng nyari artikel-artikel buat dibaca. eh, uung nemu tulisan ini. demi apapun langsung nangis kejer pas selesai baca :'(
klo semalem uung ga baca tulisan ini, mungkin uung gak mau minta maaf sama ncan dan masih bete-betean. :(
cerita yang benar-benar harus dibaca, renungkan!

Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat.
Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami,
malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,
setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya,
dia adalah satu-satunya harapan nenek,
nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya.
Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,
tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata:"Mari,kita jemput nenek di kampung".

Suami berbadan tinggi besar,
aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang,
ada suatu perasaan nyaman dan aman disana.
Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.
Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah.
Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar,
sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:
"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?"
Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira.
"Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga,
dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu,
setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya,ini berapa.
Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras.
Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.
Jangan katakan harga yang sebenarnya.
"Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.